March 6, 2018

RENUNGAN HARIAN, (MINGGU 11 MARET 2018)

Bacaan Liturgi Minggu  11 Maret 2018

Bacaan Pertama  2Taw 36:14-16.19-23
Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan Tuhan di Yerusalem itu mereka najiskan. Namun Tuhan, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya,
karena Tuhan sayang kepada umat-Nya dan kepada tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok para utusan Allah itu, menghina segala firman Allah, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan. Maka Tuhan menggerakkan raja orang-orang Kasdmin.
Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem
dan membakar segala puri dalam kota itu sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan terluput dari pedang diangkutnya ke Babel, mereka dijadikan budak raja dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. Dengan demikian genaplah firman Tuhan yang diucapkan Yeremia, sampai tanah ini pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabat, karena tanah itu menjadi tandus selama tahun sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. Pada tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia,
Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu, untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia. Maka dimaklumkanlah di seluruh kerajaan Koresh, secara lisan dan tulisan pengumuman ini: Beginilah perintah Koresh, raja Persia. Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit.  Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda.  Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, kiranya Tuhan Allah menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!"
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 137:1-2.3.4-5.6
Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau.
*Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita menangis apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu
kita gantungkan kecapi kita.
*Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita,
"Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!" *Bagaimana mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
*Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Bacaan Kedua  Ef 2:4-10
Saudara-saudara, Terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat  telah menghidupkan kita bersama dengan Kristus. Sekalipun kita telah mati karena kesalahan kita. Jadi kamu diselamatkan berkat kasih karunia. Di dalam Kristus Yesus itu Allah telah membangkitkan kita juga
dan memberikan tempat di surga bersama dengan Dia. Dengan itu Allah bermaksud di masa yang akan datang menyatakan kepada kita kasih karunia-Nya yang berlimpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab berkat kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Keselamatan itu bukanlah hasil usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukan hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada orang yang memegahkan diri. Sebab sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil Yoh 3:16
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil  Yoh 3:14-21
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, "Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat, sebab barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;
tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang,
supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan
Dikisahkan bahwa pada waktu agama Kristen telah dijadikan agama resmi oleh Kaisar Konstantinus, ibunya yakni Santa Helena , yang dikenal sangat saleh itu tergerak untuk mencari salib yang digunakan oleh Tuhan Yesus, Ia bersama orang orangnya memulai pencarian salib itu ditanah suci. Mereka merobohkan kuil kuil paganisme dan setelah menggali, akhirnya ditemukanlah lokasi penyaliban Tuhan dan kubur tempat Ia dimakamkan . Dekat lokasi penyaliban Tuhan tersebut, para penggali menemukan ketiga salib dan sebuah plakat kayu yang bertuliskan INRI. Persoalan lain muncul  sebab mereka tidak dapat menentukan mana dari ketiga salib itu yang merupakan Salib Tuhan . Untuk mengetahui hal tersebut, dibawalah seorang wanita yang sedang sakit parah agar menyentuh salah satu dari  ketiga salib tersebut. Mukzijat penyembuhan terjadi ketika ia menyentuh salah satu dari ketiganya. Salib yang telah menyembuhkannya adalah benar Salib Tuhan Yesus.  Kita patut berterima kasih kepada Santa Helena, karena cintanya yang besar terhadap Tuhan telah mendorongnya untuk mencari salib yang dalam arti tertentu tidak dipedulikan, dikubur atau dibuang. Berbeda dengan Santa Helena yang mau mencari dan mengangkat salib Tuhan dari reruntuhan dan puing puing , kita lebih sering menutup dan menguburnya . Kita menolak salib , tidak mau memikulnya takut mencicipi penderitaannya, malu karena aibnya. Kita lupa bahwa salib adalah identitas , sumber kekuatan bagi orang yang percaya.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yohanes menyebutkan bahwa dengan Salib , Tuhan Yesus telah ditinggikan , seperti tiang ular yang telah ditinggikan oleh nabi Musa  untuk memberikan kesembuhan bagi mereka yang dipagut ular. Salib Tuhan juga memberi daya kesembuhan bahkan menyelamatkan manusia dari sengat dosa, itu sebabnya kita harus bangga memikul salib, bukan mengubur atau menolaknya. Santa Edith Stein sangat bangga akan Salib Tuhan. Baginya salib adalah satu satunya harapan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, ditolak, dikucilkan, dibenci bahkan dibunuh. Masing masing dari kita mempunyai salib yang harus ditanggung , ada yang kecil dan besar, ada yang ringan dan berat. Semoga apapun jenis jenis salib hidup , dapat kita pikul dengan rasa bangga bersama Yesus Juru Selamat Dunia.

Butir permenungan.
Berkat pengorbanan Yesus dengan mati disalib dan dibangkitkan, hidup manusia telah diubah menjadi baru, Semua orang yang percaya mesti bersyukur atas karya penyelamatan yang dilakukan Allah. Maka, setiap kali membuat tanda salib , orang Katolik diingatkan akan kasih Allah yang begitu besar itu. Selain itu, dengan mengenakan salib diharapkan, mereka yang memandangnya senantiasa terarah pada Dia yang tersalib itu (bdk Bil 21.9) dan menerima keselamatan . Lebih dari itu, dengan memandang salib kedekatan dengan Yesus semakin meningkat dan usaha semakin menyerupai Dia semakin nyata (bdk Flp 2.5). Dengan sepikiran dan seperasaan dengan Yesus , kerelaan berkorban seperti Dia semakin berkembang. Bila sungguh mengerti  makna luhurnya, orang Katolik dengan senang dan bangga mengenakan salib. Namun banyak juga orang Katolik menghindarinya, karena tahu bahwa konsekuensinya tidak ringan. Betapa sulitnya pada zaman ini untuk berkorban buat sesama , ketika kecenderungan untuk mencari kenyamanan dan rasa enak semakin kuat.  Dalam keadaan pikiran yang gelap, atau mata gelap, nalar atau otak kita tidak bisa memberikan pemikiran yang baik. Maka harus mencari tempat yang “terang” Bisa saja penerang kita adalah orang orang yang ada disekitar kita . Mungkin juga sahabat kita, imam, suster, dokter, psikolog, konselor, dsb. Mungkin juga penerang kita adalah Sakramen Tobat. Mau mencobanya? Masalahnya , apakah kita mau terbuka dan hidup dalam terang? Ini adalah suatu pilihan.

Doa.
Ya Allah Bapa yang mahakuasa, Engkau menghendaki Putra Tunggal-Mu menanggung salib demi keselamatan umat manusia, Perkenankanlah kami, yang menghormati misteri salib Putra-Mu didunia, kelak menerima anugerah penebusan disurga. Amin.  





Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya

0 komentar:

Post a Comment